scenery

scenery

Jumat, 18 Maret 2011

kakak bolehkah berpacaran ?

Mungkin ada diantara kita selaku kakak yang tidak mampu bersikap tegas dalam menyampaikan ajaran Islam, terutama yang berhubungan dengan psikoseksual remaja. Kita ‘malu’ menyampaikan kebenaran, padahal itu adalah kewajiban kita untuk menyampaikannya dan hak mereka untuk mengetahuinya. ‘kakak, bolehkah berpacaran?’ mungkin salah satu pertanyaan yang lambat laun akan menyergap kita. Salah satu jawaban yang cerdas, memuaskan dan tepat, mungkin dapat kita simak dari artikel di bawah ini. Semoga Allah SWT memudahkan kita untuk memberikan yang terbaik kepada adik-adik kita, yaitu pendidikan yang baik dan adab yang mulia.

Seorang kakak, bila ia mempunyai adik yang beranjak remaja, lambat atau cepat ia akan disergap oleh pertanyaan seperti ini: ‘kakak, bolehkah berpacaran?’-
Pengertian ‘berpacaran’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bercintaan, berkasih-kasihan. Sebagai kakak yang baik, kita sudah seharusnya sejak jauh hari berusaha menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tak terduga seperti itu. Namun seringkali kita tidak siap dengan jawaban ketika pertanyaan tadi terlontar dari mulut adik kita.

Seorang kakak mempunyai posisi strategis. kakak TIDAK SAJA MENJADI SAUDARA BAGI ADIKNYA, SEORANG KAKAK JUGA SEHARUSNYA BISA MENJADI TEMAN BAGI ADIK-ADIKNYA, MENJADI NARASUMBER DAN GURU BAGI ADIK-ADIKNYA.

‘Barangsiapa yang mengabaikan pendidikan, maka ia telah berbuat jahat secara terang-terangan …’ Ibnu Qayyim.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dimintai pertangungjawaban terhadap apa yang kamu pimpin..” (HR Muslim).

Ada sebuah contoh yang datangnya dari keluarga Kang udin. Ketika Iwan adik kandungnya bertanya soal berpacaran, kang udin yang memang sudah sejak lama mempersiapkan diri, dengan santai memberikan jawaban seperti ini: ‘Boleh dik, sejauh berpacaran yang dimaksud adalah sebagaimana yang terjadi antara Ayah dan Bunda’ kang udin menjelaskan kepada Iwan, bahwa berpacaran adalah menjalin tali kasih, menjalin kasih sayang, dengan lawan jenis, untuk saling kenal-mengenal, untuk sama-sama memahami kebesaran Allah di balik tumbuhnya rasa kasih dan sayang itu. Oleh karena itu, berpacaran adalah ibadah. Dan SEBAGAI IBADAH, BERPACARAN HARUSLAH DILAKUKAN SESUAI DENGAN KETENTUAN ALLAH, YAITU DI DALAM LEMBAGA PERKAWINAN.
-
Di dalam sebuah Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya.’ ‘Di luar ketentuan tadi, maka yang sesungguhnya terjadi adalah perbuatan mendekati zina, suatu perbuatan keji dan terkutuk yang diharamkan ajaran Islam (Qs. 17:32). Allah SWT telah mengharamkan zina dan hal-hal yang bertendensi ke arah itu, termasuk berupa kata-kata (yang merangsang), berupa perbuatan-perbuatan tertentu (seperti membelai dan sebagainya).’ Demikian penjelasan kang udin kepada Iwan adik kandungnya.

“DI DALAM LEMBAGA PERKAWINAN, ADIK BISA BERPACARAN DENGAN BEBAS DAN TENANG, BISA SALING MEMBELAI DAN MENGASIHI, BAHKAN LEBIH JAUH DARI ITU, YANG SEMULA HARAM MENJADI HALAL SETELAH MENIKAH, YANG SEMULA DIHARAMKAN TIBA-TIBA MENJADI HAK BAGI SUAMI ATAU ISTRI YANG APABILA DITUNAIKAN DENGAN IKHLAS KEPADA ALLAH AKAN MENDATANGKAN PAHALA.” Demikian penjelasan kang udin kepada Iwan.

“Namun jangan lupa,” sambung kang udin “ISLAM MENGAJARKAN DUA HAL YAITU MEMENUHI HAK DAN KEWAJIBAN SECARA SEIMBANG. DI DALAM LEMBAGA PERKAWINAN, KITA TIDAK SAJA BISA MENDAPATKAN HAK-HAK KITA SEBAGAI SUAMI ATAU ISTERI, NAMUN JUGA DITUNTUT UNTUK MEMENUHI KEWAJIBAN, MENAFKAHI DENGAN LAYAK, MEMBERI TEMPAT BERNAUNG YANG LAYAK, DAN YANG TERPENTING ADALAH MEMBERI PENDIDIKAN YANG LAYAK BAGI ANAK-ANAK KELAK …”

“Nah, apabila adik sudah merasa mampu memenuhi kedua hal tadi, yaitu hak dan kewajiban yang seimbang, maka segeralah susun sebuah rencana berpacaran yang baik di dalam sebuah lembaga perkawinan yang dicontohkan Rasulullah…” Demikian imbuh kang udin

Seringkali kita sebagai kakak tidak mampu bersikap tegas di dalam menyampaikan ajaran Islam, terutama yang sangat berhubungan dengan perkembangan psikoseksual remaja. Seringkali kita ‘malu’ menyampaikan kebenaran yang merupakan kewajiban kita untuk menyampaikannya.

Sebagai adik, seorang Iwan memang harus mempunyai tempat yang cukup layak untuk menumpahkan aneka pertanyaannya. Sebagai lelaki muda, yang ia butuhkan adalah sosok kakak yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaannya dengan cerdas, memuaskan, dan tepat. Seorang kakak yang mampu menjawab pertanyaan bukan dengan marah-marah.

Berapa banyak remaja seperti Iwan diantara kita yang tidak punya tempat bertanya yang cukup layak? Bagi seorang Iwan, sebagaimana dia melihat kenyataan yang terjadi di depan matanya, berpacaran adalah memadu kasih diantara dua jenis kelamin yang berbeda, sebuah ajang penjajaan, saling kenal diantara dua jenis kelamin berbeda, antara remaja putra dengan remaja putri, yang belum tentu bermuara ke dalam lembaga perkawinan. Hampir tak ada seorang pun remaja seperti Iwan yang mau menyadari, bahwa perilaku seperti itu adalah upaya-upaya mendekati zina, bahkan zina itu sendiri! Celakanya, hanya sedikit saja diantara kakak yang mau bersikap tegas terhadap perilaku seperti ini.

Bahkan, seringkali sebagian dari kakak kita justru merasa malu jika adiknya yang sudah menginjak usia remaja belum juga punya pacar. Sebaliknya, begitu banyak kakak yang merasa bangga jika mengetahui adiknya sudah punya pacar. ‘Berapa banyak kejahatan yang telah kita buat secara terang-terangan …?’
Di sebuah stasiun televisi swasta, ada program yang dirancang untuk mempertemukan dua remaja berlawanan jenis untuk kelak menjadi pacar.

Di stasiun teve lainnya ada sebuah program berpacaran (dalam artian perbuatan mendekati zina) yang justru diasosiasikan dengan heroisme, antara lain dengan menyebut para pelakunya (para pemburu pacar) sebagai “pejuang.” Dan bahkan para “pejuang” ini mendapat hadiah berupa uang tunai yang menggiurkan anak-anak remaja. Perilaku para “pejuang” ini disaksikan oleh banyak remaja, sehingga menjadi contoh bagi mereka.

Makna pejuang telah bergeser jauh dari tempatnya semula. Seseorang yang melakukan perbuatan mendekati zina disebut “pejuang.” Hampir tidak pernah kita mendengar ada seorang pelajar yang berprestasi disebut pejuang. Jarang kita dengar seorang atlet berprestasi disebut pejuang.

Rabu, 16 Maret 2011

aku mencintainya namun...

Di suatu kajian, dengan tema jelajah hati…
Sebuah kajian yang panjang, bermakna dan ‘mengena’…
Sebuah kajian bagaimana menjaga hati, menjaga cinta dalam dada ini hanya untukNya…
Masih teringat jelas dalam benakku ketika ustad tersebut berkata

“jika ada yang hatinya mulai tergoda oleh hal selainNya, maka jujurlah pada hati, namun lakukan apa yang berkebalikan dengan hawa nafsu… Misalnya, suatu saat kita melihat baju yang sangat bagus dan sangat ingin untuk membeli.. jujurlah pada hati bahwa kita sangat menyukai baju itu, jika perlu beli, namun berikan baju yang sangat kita senangi itu untuk orang lain… untuk masalah cinta, ketika hati tergoda tuk mencintai selainNya apalagi lawan jenis, jujurlah pada hati, dan berdoalah ‘ya Allah..aku mencintainya namun jangan jadikan ia sebagai jodohku…”

Kira2 begitu intinya, meski ga saklek seperti itu…
Sontak mendengar kalimat terakhir para hadirin yang datang tertawa… namun aku, justru bertanya-tanya. Ketika cinta itu datang, meskipun bukan untuk memiliki, mengapa justru kita seperti itu? Bukankah sangat baik jika doa itu menjadi ‘jagalah hati ini dari cinta terhadapnya sampai rasa cinta ini halal bagi kami’… Begitu batinku dulu…dulu…

Namun aku mengerti sekarang..sangat mengerti mengapa doa itu yang disarankan oleh sang ustad (meskipun mungkin doa ini ga saklek juga)… aku sangat mengerti sekarang…
Mengapa?

Karena di suatu kajian lain, aku mengambil suatu hikmah, yakni suatu keluarga yang ingin menjadi sebuah keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah, itu bukan hal yang mudah… keluarga yang ingin dibangun seperti itu memang harus didasarkan pada suatu kesucian… kesucian masing-masing pasangan baik secara hati dan fisik, dan yg paling penting kesucian PROSES itu sendiri…

Keluarga yang sebersih itu juga harus diawali dengan proses yang bersih sebagaimana hal yang baik harus diawali dengan hal yang baik pula… bagaimana keluarga itu akan menjadi keluarga yg suci jika dalam proses saja tidak bersih?

Dalam proses harusnya tak ada pelanggaran-pelanggaran syar’i… sebagaimana tak ada berpacaran sebelum menikah.. sebagaimana tak ada bergoncengan dan bersentuhan selama itu belum halal.. sebagaimana tak ada perkenalan lebih mendalam selama proses ta’aruf belum dimulai secara resmi.. Sebagaimana itu pula kesucian hati itu harusnya terjaga sebelum itu semua juga akan menjadi halal..tak ada cinta selain padaNya dan tak ada cinta tuk lawan jenis kecuali cinta itu halal.. Ya, ‘baik’ dalam proses untuk mencapai ‘kebaikan’ pada akhirnya…

Tuk mencapai rumah tangga yang diberkahi yang di dalamnya harapannya akan lahir para mujahid dan mujahiddah tuk menjalankan estafet dakwah ini, terlalu suci tuk dinodai dengan proses yang tidak baik…

Tuk membangun rumah tangga yang slalu dalam naungan cintaNya yang harapannya akan lahir para hafidz dan hafidzah tuk mewarnai ummat ini, terlalu suci tuk dinodai dengan proses yang kotor..

Baik dalam proses…
Sebenarnya mungkin hanya itu yang ingin disampaikan sang ustadz dalam doa itu… doa yang berharap ketika ada getaran yang tak seharusnya ada tuk seseorang, maka tidak sepantasnya berharap seseorang tersebut tuk menjadi jodoh kita kelak… semua ini hanya demi BAIK dalam PROSES agar PREOSES ini mengantarkan pada KEBERKAHAN yang sesungguhnya.. Sebuah keluarya yang di dalamnya akan lahir para mujahid-mujahiddah dan hafidz-hafidzah tuk mewarnai dunia ini.. mewarnai dengan warna warni pelangi cinta di dunia dan akhirat…

Wallahu’alam..

Pesan Kebangkitan Untuk Putra-Putri Ummat Yang Terluka

Saudara-saudara kaum Muslimin yang budiman.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Besar harapan kami anda akan sudi menyisihkan beberapa saat dari waktu anda yang sangat berharga untuk menyimak ungkapan-ungkapan yang cukup memprihatinkan ini yang akan kami tutup dengan kabar gembira, berupa harapan dan ajakan untuk menyongsong masa gemilang kita bersama-sama.
Izinkanlah kami mengungkapkan sedikit dari kondisi keterpurukan ummat dewasa ini dengan harapan bisa menggugah jiwa-jiwa kita semua untuk segera memperbaiki realita masyarakat kita.
Tanpa mengurangi sedikitpun nilai-nilai kemulyaan yang ada di negeri tercinta ini, kita mengakui bahwa keterpurukan ruhani di negeri kita sudah sangat mengerikan dan sudah banyak berpotensi mengundang azab dari Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Bahkan azab-azab itu memang sudah berdatangan bertubi-tubi bagaikan gelombang lautan yang terus menerus bergantian menghempas pantai.
Banyak sekali perbuatan-perbuatan kesyirikan yang dilakukan oleh sebagian besar ummat kita dewasa ini. Dari yang dianggap remeh sampai yang jelas-jelas berbentuk kesyirikan-kesyirikan nyata. Pertunjukan-pertunjukan kesyirikan berupa tontonan sihir sampai pada tayangan-tayangan kesyirikan yang sangat tragis, memenuhi acara-acara televisi kita. Ritual-ritual palsu yang berasal dari karangan-karangan manusia sudah demikian banyaknya diamalkan sebagai bentuk peribadatan. Pameran aurat-aurat wanita sudah menjadi bagian terpenting dari program-program hiburan bangsa. Tarian-tarian dan goyangan-goyangan porno aksi menjadi dambaan tua dan muda.
Para penantang Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dari anak-anak kaum Muslimin pun tambah menjamur di universitas-universitas kita. Ada yang berani menulis ”daerah bebas Tuhan” ada pula yang berani menginjak-injak lafadz nama Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, ada pula yang berani mendakwahkan bahwa al-Qur’an adalah budaya manusia.
Kelompok-kelompok sesat menjamur dengan pesat. Ada yang mengaku sebagai Nabi perempuan dan anaknya adalah ”titisan” Jibril p atau Nabi Isa Alaihi Salam, ada pula yang membatalkan kewajiban solat atau membolehkan solat dengan bahasa Indonesia dan lain-lainnya.
Pergaulan bebas muda-mudi yang telah melewati batas direstui oleh banyak orang-orang tua mereka sendiri. Korupsi, narkoba dan miras hampir-hampir menjadi budaya bangsa. Semua itu merupakan pembangkangan terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan semua itu berpotensi mengundang kemurkaan Nya dan azab Nya..! dan azab-azab itu pun telah berdatangan..!
Banyak sekali musibah-musibah berupa bencana-bencana alam yang saling susul menyusul di antara rentang waktu antara proklamasi kemerdekaan sampai pemberontakan-pemberontakan yang banyak menelan harta dan jiwa yang tak terhitung banyaknya sampai krisis moneter di penghujung abad ke-20 lalu.
 Bencana-bencana yang tambah cepat jarak waktu dari satu bencana ke bencana lainnya terus berdesakan sejak kita memasuki abad ke-21 ini. Di antaranya Tsunami yang menelan lebih dari dua ratus ribu jiwa dan memporak-porandakkan habis-habisan sebagian dari negeri ini.
Goyangan-goyangan gempa yang mematikan dan letusan gunung-gunung merapi yang membakar anak-anak bangsa hidup-hidup serta melenyapkan harta benda milik mereka yang masih tersisa hidup.
Banjir yang bukan hanya menghancurkan banyak dari infrastruktur negeri ini, akan tetapi juga menjadikan para korban yang masih hidup terpaksa menyandang profesi baru sebagai pengemis karena kehilangan harta milik mereka, terjadi di setiap waktu dan kota.
Lalu... Lapindo... ya Rawa Lapindo yang sangat aneh! Tidak bisa dicerna oleh akal secara jelas! Menelan korban harta yang tak terhitung banyaknya, terus merayap entah bagaimana jadinya.
Semua ini adalah akibat perbuatan kita sendiri!
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: 
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Telah muncul kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh menimpakan  mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". (QS. al-Qur'an-Rum [30]: 41)

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
"Seluruh musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan kalian sendiri, dan Alloh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian). (QS. as-Syuro [42]: 30)

Semua bencana-bencana dan keterpurukan-keterpurukan itu akan terus berlangsung sampai kita semua terbinasakan, bila kita tidak bangkit!
Kita semua harus bangkit bersama-sama! Kita harus mewujudkan kebangkitan total! Bukan kebangkitan yang hanya berorientasi kepada keduniaan.
Kebangkitan sejati adalah kebangkitan ruhani yang kuat dan menyeluruh, yaitu terwujudnya di masyarakat kita ini dominasi penitian Sirotulmustaqim, penitian jejak-jejak Rasululloh Salallahu Alaihi Wasalam dan para sahabatnya.
Kebangkitan ini terwujud dengan lenyapnya keterpurukan ruhani yang tadi kita sebutkan.
Jalan utama untuk melenyapkan keterpurukan ruhani adalah pencerahan jiwa-jiwa dengan dakwah yang benar.
Jiwa-jiwa yang tercerahkan dengan dakwah yang benar akan bangkit dan bergerak meninggalkan semua elemen-elemen keterpurukan tadi serta akan menggantikannya dengan penitian Sirotulmustaqim secara kaffah di seluruh lapangan kehidupan.
Tujuan utama melenyapkan keterpurukan ruhani adalah meraih kebahagiaan surga dan keselamatan dari neraka. Sekalipun demikian, terwujudnya kebangkitan ruhani pun pasti akan menghasilkan kecemerlangan dunia.
Banyak sekali ayat-ayat al qur’an yang menjanjikan kecemerlangan dunia, ketika kebangkitan ruhani terwujudkan. Diantaranya firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

”Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka”. (QS. al-A’rof [7]: 96)

Kita harus segera memulai suatu gerakan kebangkitan mengikuti jejak para Rasul, para pembangkit yang mulia.
Gelombang pengutusan para Rasul, pada hakikatnya adalah gelombang gerakan-gerakan kebangkitan. Setiap terjadi keterpurukan pada ummat manusia, Alloh Subhanahu Wa Ta’ala pun mengirim rasul-rasul Nya. Mereka adalah hamba-hamba yang mulia yang berjuang demi kebangkitan ummat manusia agar selamat dan bahagia di dunia dan akhirat. Dalam perjuangan itu mayoritas jalan yang ditempuh adalah jalan dakwah. Hal itu bisa kita lihat di kisah-kisah para Nabi dan Rasul di dalam Al Qur’an. Hal ini tidak berarti mereka tidak berjihad fisik, yaitu berperang fisabilillah seperti yang kita amati pada sirah Rasulullah ` yang penuh dengan peperangan-peperangan fisabilillah demi menyelamatkan ummat manusia dari keterpurukan. Akan tetapi semua itu terjadi pada masa ”pasca negara” yaitu setelah negara Islam di Madinah berdiri kokoh. Adapun pada masa ”pra negara” (yaitu masa harakah atau masa pergerakan), jihad fisik tidak dilakukan, bahkan tidak diperbolehkan. Pada masa harakah itu Rasulullah ` melakukan dakwah yang terorganisir, sestematis dan berstrategi sampai berhasil menghimpun pengikut yang cukup untuk berdirinya negara Islam dan untuk mempertahankannya. Setelah itulah, ketika tak ada jalan lain untuk operasi penyelamatan manusia selain perang, peperangan pun dilakukan.
Berdasarkan itu semua, pada zaman ini dan pada kondisi Indonesia kini, jalan yang benar untuk mewujudkan kebangkitan total adalah jalan dakwah.
Akan tetapi tidak semua jalan dakwah adalah jalan kebangkitan. Jalan dakwah kebangkitan adalah:
-         Dakwah yang berasaskan dan menyeru kepada manhaj yang murni, manhaj Rasulullah ` dan para sahabatnya.
-         Dakwah yang terorganisir, menghimpun anggota sebanyak-banyaknya dan memberi peluang kepada semua anggota untuk berpartisipasi dalam usaha-usaha kebangkitan. Jadi bukan dakwah sendiri-sendiri.
-         Dakwah yang berbentuk pergerakan yang terus meluas, mencakup seluruh sisi-sisi pemikiran kebangkitan dan bukan dakwah-dakwah yang hanya terbatas pada halaqoh-halaqoh ilmiyyah saja.
-         Dakwah yang berinteraksi dengan masyarakat bukan dakwah yang tertutup dan mengisolasi diri dari masyarakat.
-         Dakwah yang mengasihi kaum muslimin bukan dakwah yang memusuhi mereka.
Adapun jalan kekerasan yang kacau dan hanya menebar kekacauan, kerusakan dan ketakutan, bukanlah jalan kebangkitan yang benar, walaupun diklaim sebagai suatu jihad. Seorang muslim harus beriman kepada syariat jihad dan mendukungnya. Tapi hal itu untuk jihad yang benar dan bukan untuk jihad yang salah.
Sedangkan jalan parlemen demokrasi, walaupun banyak manfaat darinya, akan tetapi diyakini tidak bisa diharapkan mewujudkan kebangkitan untuk ummat ini. Keyakinan ini didasarkan banyak hal, diantaranya:
1.      Dakwah adalah syarat mutlak untuk pencerahan jiwa yang menjadi dasar utama dari kebangkitan. Ketika jalan demokrasi ditempuh, maka para dai akan berubah profesi menjadi pemulung suara.
2.      Kebangkitan memerlukan pengorbanan dan pengawalan terhadap kemurnian manhaj. Tanpa kemurnian tak mungkin terwujud kebangkitan. Demi untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya, maka para peniti jalur gelanggang parlementer harus pandai-pandai berbasa-basi sekalipun dengan para penoda kemurnian dan harus kuat-kuat menutup mulut terhadap pelanggaran-pelanggaran Sirotulmustaqim selama undang-undang tidak menganggap hal tersebut sebagai suatu pelanggaran. Dengan demikian pengawalan terhadap kemurnian tidak bisa dilakukan, bahkan mereka harus siap melanggar kemurnian itu sendiri bila di perlukan demi kemajuan partai di jalur kekuasaan.
3.      Dakwah yang dilakukan oleh para peniti jalur parlementer pun harus ”sebijak mungkin” jangan sampai ada perkataan atau perbuatan yang merugikan partai dalam merebut simpati masyarakat, apapun pengorbanannya, termasuk menyembunyikan atau bahkan membantah sebuah ajaran dari ajaran-ajaran Islam.
Tetapi jalur demokrasi memang diakui sangat menggiurkan dan menjanjikan seperti halnya fatamorgana pun cukup royal dalam memberi janji.
Hanya saja perlu dicatat, sekali pun strategi dakwah lah satu-satunya strategi yang benar dan jitu untuk mewujudkan kebangkitan serta strategi parlementer tidak bisa mewujudkan suatu kebangkitan, tapi kita tidak mendiskreditkan atau mengurangi persaudaraan kita dengan para peyakin strategi parlementer. Mereka adalah saudara-saudara kita se-Islam yang sedang berjuang dengan strategi yang mereka yakini.

Saudara-saudara kaum muslimin yang kami hormati dimanapun anda berada...

Dengan risalah ini, kami saudara-saudara anda di Harakah Sunniyyah untuk Masyarakat Islami (HASMI), menghimbau anda semua untuk ikut bergabung dengan kami, sebagai bentuk partisipasi dan perjuangan anda dalam mewujudkan kebangkitan ummat tercinta ini..
Mewujudkan kebangkitan total, Yaa... itulah tujuan kami. Kebangkitan yang bermahkotakan berdirinya ”masyarakat Islami”. Masyarakat yang dinaungi dan dituntun oleh norma-norma Islam, satu-satunya agama Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Masyarakat yang secara kolektif dan orang perorangan, bertekad untuk bersungguh-sungguh dalam meniti sorotulmustaqim. Masyarakat yang didominasi oleh istiqomah, kejujuran, kebersihan ruhani dan saling kasih mengasihi.
Mari bergabung bersama kami untuk mencapai tujuan ini dengan strategi para nabi dan rasul yaitu strategi dakwah. Mendakwahi saudara-saudara kita untuk bersama-sama beristiqomah. Bekerja dengan tenang melalui usaha-usaha sederhana, tentram dan terorganisir.

Jangan anda berkecil hati untuk ikut berpartisipasi di dalam menuju tujuan yang sangat besar dan agung ini. Kami tidak mensyaratkan apapun untuk andamenjadi anggota selain keislaman anda dan tekad anda untuk berpartisipasi sebatas kemampuan anda. Hanya sebatas tekaddan hanya itu. Mengapa itu sudah cukup? Karena strategi utama pencapaian tujuan pada HASMI adalah terbentuknya jaringan orang-orang yang bertekad untuk meniti sirotulmustaqim! Benar-benar hanya itu! Karena jaringan seperti ini yang sangat luas dan terpupuk secara Islami terus menerus akan mampu mewarnai masyarakat dengan warna penitian Sirotul mustaqim, untuk kemudian mengkristalkan detil penitian itu secara bertahap dan selangkah demi selangkah, sampai terbentuk masyarakat yang Islami sebelum musuh-musuh Islam terbangun dari tidurnya.
Lalu... apa yang di minta dari anda ketika anda menjadi anggota? Kami tidak akan meminta harta anda. Sekali lagi... kami tidak akan meminta harta anda. Kalau sewaktu-waktu kami menawarkan kesempatan untuk menabung di akhirat melalui sebuah program infaq pun, kamitak akan mengurangi penghargaan terhadap anda ketika anda tidak mampu atau belum siap menginfaqkan harta anda. Hubungan kita sama sekali tidak didasarkan atas harta.
Kami akan berusaha membantu anda sebatas kemampuan untuk lebih memperjelas rambu-rambu Siratulmustaqim di diri anda dan membantu dalam menitinya dengan cara kebersamaan kita. Anda akan diberi tahu kegiatan-kegiatan kita , tapi bila anda tidak punya waktu atau ada halangan untuk mengikutinya, anda bisa memilih tidak ikut tanpa harus mengajukan alasan ketidak ikutan anda.
Kemudian... apa yang anda dapatkan dengan keanggotaan anda? Menurut hemat kami, besar sekali.
Yang terbesar adalah semoga anda tercatat di sisi Alloh Subhanahu Wa Ta’ala  sebagai pejuang Islam” walaupun hanya dengan partisipasi seadanya. Karena sisi terberat suatu amal di dalam Islam adalah sisi keikhlasan niat dan tekad.

Yang kedua... semoga Alloh Subhanahu Wa Ta’ala mengkaruniakan anda kebangkitan jiwa yang besar dalam meniti siroatulmustaqim dan memudahkan penitian itu.

Yang ketiga... manfaat perjuangan ini akan anda rasakan dalam bentuk penambahan keimanan anda dan juga akan di rasakan manfaatnya oleh anak keturunan anda.
Yang kami ajak untuk menjadi anggota adalah Semua anda... laki-laki dan wanita, berpendidikan dan tidak berpendidikan, berilmu agama atau tidak berilmu, siswa-siswi SLTA dan para akademisi, pedagang dan buruh, pekerja atau penganggur, tua dan muda, kaya dan miskin. Kebahagiaan untuk semua ummat kita..!

Menjadi Koruptor ?

Aku sering mendengarkan berita-berita yang sangat santer digembar-gemborkan pemberantasan korupsi. Pemberitaan mulai jaman rezim Soeharto dijatuhkan karena dinilai penguasa waktu itu korup semuanya bahkan sampai mantan Presiden Soeharto-pun ramai-ramai akan diseret kemuka meja hijau karena disangka korupsi dan pemberitaan tentang pemberantasan korupsi sampai dengan masa Presiden SBY-pun tidak pernah berhenti.
Diam-diam aku berusaha untuk mendengarkan dan mencari sumber informasi yang berhubungan dengan masalah pemberantasan korupsi, mulai dari kantor Polisi, kantor Kejaksaan, pengadilan, lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga non pemerintah dari tingkat bawah sampai atas tidak luput dari perhatianku, karena ingin memperoleh informasi tentang korupsi dan pemberantasannya.
Selama aku mencari sumber informasi tentang korupsi dan pemberantasannya, aku banyak menerima senyum sinis dengan setengah nada gurau dan banyak celetukan yang aku terima ” mana ada kang orang yang tidak korupsi kalau ada kesempatan dan ada yang dikorup” omongan itu berlanjut ” coba lihat koruptor yang lagi sial dan dimeja hijaukan, ternyata kehidupan mereka uuuuh sangat kaya raya dan berlebih-lebihan”.
Dalam hatiku benar juga omongan orang-orang itu, apasalahnya kalau aku bercita-cita jadi koruptor, dapat hidup mewah, berfoya-foya dan berkelebih dalam segala hal dan andaikan aku mengalami nasib sial dan jadi korban gembar-gembor pemberantasan korupsi dari orang-orang yang munafik, paling-paling menjalani hidup di lembaga pemasyarakatan tidak lebih dari 5 tahun, tetapi dimana-mana aku dihormati orang meskipun aku hidup di lembaga pemasyarakatan sebagai nara pidana, aku kan banyak uang dan karena uang, aku dapat mengatur segala-galanya, Kasih Uang Habis Perkara (KUHP).
Kupalingkan pandanganku pada kehidupan kelas bawah yang tidak pinya kesempatan dan tidak ada yang dikorup, kehidupan mereka selalu dirundung malang dan nistapa bahkan kadang kala tidak makan berhari-hari dan bahkan ada yang bunuh diri karena tidak mampu menerima kenyataan hidup yang serba pahit itu.
Kalau aku bandingkan kehidupan koruptor dengan orang-orang kelas bawah yang tidak mempunyai kesempatan dan tidak ada yang dikorup, sungguuuuh bagaikan bumi dan langit perbedaannya, terpikir olehku “apa salahnya aku bercita-cita jadi koruptor yang kehidupannya sangat kaya dan berkelebihan segala-galanya”
Ayoooooo siapa ikut bercita-cita seperti aku jadi koruptor ueeeeenak looooo !!!!!!
Tapi aku ingatkan, untuk jadi koruptor harus bermodal duit yang banyak, —- coba berapa duit yang harus dikeluarkan untuk menjadi anggota DPR, Bupati, Walikota, Gubernur, Presiden dan Wakil Presiden dlsb.

Harga Telur dan Daging Naik,, Nasib peternak Peternak ?

Harga telur dan daging ayam memasuki awal Maret 2011 cenderung mengalami tren kenaikan. Para peternak ayam akhirnya bernafas lega setelah empat bulan terakhir cenderung merugi karena harga daging dan telor ayam anjlok.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) Don P. Utoyo, Rabu (16/3/2011).

"Harga-harga produk perunggasan mulai merangkak naik semakin membaik, ini agak menghibur peternak yang rugi 4 bulan lebih harus jual di bawah biaya produksi," jelasnya.

Ia menjelaskan kenaikan harga ini salah satunya karena kemampuan daya beli masyarakat mulai membaik yang mempengaruhi permintaan dan berimbas pada harga. Misalnya saja ia menggambarkan para petani sudah menikmati panen, para nelayan mulai melaut, dan lain-lain. Meskipun ia mengakui kenaikan harga pakan ternak turut menentukan kenaikan harga.

Utoyo menambahkan saat ini harga telur ayam di tingkat pasar sudah menembus Rp 14.500-15.500 per Kg, sementara di tingkat peternak hanya Rp 13.500-14.500 per kg. Kenaikan ini, lanjut Utoyo, karena melambungnya harga pakan ternak.

"Untuk ayam hidup di Jabodetabek sudah membaik, tapi masih di bawah biaya produksi. Mungkin minggu keempat Maret, peternak berharap dapat jual di atas biaya produksi," katanya.

Sedangkan untuk daging karkas ayam broiler di Jabodetabek juga membaik, hal ini kata Utoyo bakal terus naik. Pada hari ini harga daging karkas broiler masih Rp 23.500-24.500 per kg, yang diperkirakan harganya akan terus naik sampai Rp 25.000-26.000 per kg di akhir pekan.

"Meski naik harga daging karkas ayam broiler dan telur cukup murah dibandingkan dengan harga pangan hewani lainnya," katanya.

Saat ini harga daging sapi masih berkisar Rp 70.000-75.000 per kg, daging tulang sapi Rp 40.000-45.000 per kg, ikan laut Rp 25.000-40.000 per kg, ikan air tawar Rp 25.000-35.000 per kg.

"Semoga kondisi ini memperbaiki kehidupan para peternak yang mengalami masa-masa sulit setelah lebih dari 4 bulan," pungkasnya.

Selasa, 15 Maret 2011

VONIS 7 TAHUN UNTUK GAYUS,
SEBUAH DRAMA MAFIA PAJAK YANG SANGAT MELUKAI RASA KEADILAN MASYARAKAT
Setelah melalui persidangan yang panjang, mulai dari dakwaan sampai pembuktian, disertai dengan unjuk giginya Mafia Pajak Gayus Tambunan seperti jalan-jalan ke Bali, Ke Luar Negeri dan komentar-komentar yang kontroversial, maka Rabu 19 Januari 2011, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Memutus bersalah Gayus Tambunan dengan hukuman 7 tahun penjara dan denda 300 juta rupiah jauh dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang menuntut Gayus 20 tahun penjara dan denda 500 juta rupiah subsidair 6 bulan penjara.

Melihat rekam jejak Gayus Tambunan sebagai mafia pajak dengan uang milyaran rupiah beserta rumah dan kekayaan lainnya serta tingkah Gayus yang jalan-jalan ke Bali bahkan keluar negeri, tentunya mengakibatkan masyarakat marah dan merasa Gayus harus diberikan hukuman yang seberat-beratnya, namun itu semua kemudian sirna karena akhirnya Majelis Hakim hanya memberikan hukuman penjara tujuh tahun. Banyak masyarakat yang mengekspresikan lewat akun jejaring sosial facebook dan twiter yang menyatakan kekecewaan atas vonis tersebut dan bahkan banyak yang menulis lebih baik menjadi mafia pajak karena hanya dengan 5 tahun jadi Mafia bisa mengumpulkan uang milyaran rupiah dan hukumannya pun cukup ringan 7 tahun penjara. Tentunya ini adalah sebuah ekspresi yang wajar ditengah permasalahan ekonomi yang sulit, ternyata hukum belum memberikan jawaban terhadap permasalahan rasa keadilan masyarakat.



Untuk itu, perlu diketahui pula, mengapa hakim memberikan putusan Vonis 7 Tahun penjara, apakah pembuktian oleh jaksa penuntut umum belum mampu meyakinkan hakim sehingga secara pembuktian hukum memang layak hanya diganjar 7 tahun penjara atau memang ada permainan hakim disana?

A. Teori Sistem Pembuktian.
Pembuktian merupakan sebuah proses dalam beracara dalam sidang pengadilan dalam usaha mencari dan mempertahankan kebenaran. Ada beberapa sistem pembuktian yang dikenal, antara lain:

I. Conviction-in Time
Sistem pembuktian ini menentukan salah tidaknya seorang terdakwa semata-mata ditentukan oleh penilaian “keyakinan” hakim. Dari mana hakim menarik dan menyimpulkan keyakinannya, tidak menjadi masalah dalam system ini.

II. Conviction Raisonee
Dalam system inipun dapat dikatakan “keyakinan hakim tetap memegang peranan penting dalam menentukan salah tidaknya terdakwa. Akan tetapi, dalam system pembuktian ini, faktor keyakinan hakim dibatasi. Jika dalam conviction in time, peran keyakinan hakim tidak dibatasi, maka dalam conviction rasionee, keyakinan hakim harus didukung dengan alasan-alasan yang jelas.

III. Pembuktian Menurut Undang-Undang Secara Positif
Dalam sistem pembuktian ini, “keyakinan hakim tidak ambil ikut bagian” dalam membuktikan kesalahan terdakwa. Artinya sistem pembuktian menurut undang-undang positif ini berlawanan dengan sistem pembuktian conviction in time, dan berpedoman pada prinsip pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang, sehingga ketika alat bukti sudah sah menurut undang-undang, maka sudah cukup menentukan kesalahan terdakwa tanpa mempertimbangkan keyakinan hakim

IV. Pembuktian Menurut Undag-Undang Secara Negatif (Negatief Wettelijk Stelsel)
Teori merupakan keseimbangan antara system pembuktian menurut undang-undang secara positif dengan system pembuktian menurut keyakinan (conviction in time). Sehingga dalam system pembuktian secara negtif ini, salah tidaknya seseorang ditentukan oleh keyakinan hakim yang didasarkan kepada cara dan dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang.

B. Pembuktian Dalam Hukum Positif Indonesia
Dalam hukum pidana yang dicari adalah kebenaran materil dimana hakim, penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum berusaha membuktikan sebuah kasus dengan sebenar-benarnya. Pembuktian dalam hukum positif Indonesia diatur dalam UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau yang sering disebut KUHAP.

Dalam Pasal 183 KUHAP disebutkan: : ”Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa system pembuktian yang ada di Indonesia saat ini adalah system pembuktian menurut undang-undang secara negative. Selain berdasarkan 2 alat bukti yang sah, ia juga harus diyakini kebenarannya oleh hakim. Kemudian dalam Pasal 184 ayat (1) disebutkan secara rinci atau limitatif alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang, yakni keterangan saksi, keterangan ahli, surat,petunjuk dan keterangan terdakwa.

C. Pembuktian Gayus Tambunan
Tanpa bermaksud mempengaruhi indpensi hakim, karena idealnya kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka dari hal-hal diluar hukum, maka kita dapat melihat bahwa hakim telah menyatakan bahwa;

• Gayus terbukti melakukan korupsi saat menangani keberatan pajak PT Surya Alam Tunggal (PT SAT). Sebagai pelaksana di Direktorat Keberatan dan Banding Ditjen Pajak, Gayus tidak teliti, tidak tepat, tidak cermat, serta tidak menyeluruh sebelum mengusulkan menerima keberatan pajak. Selain itu, hakim menilai Gayus telah menyalahgunakan wewenang. Akibat diterimanya keberatan pajak itu, hakim menilai negara dirugikan sebesar Rp 570 juta. Terkait kasus itu, hakim menjerat Gayus Pasal 3 Jo pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi.

• Terkait perkara kedua, menurut hakim, Gayus terbukti menyuap penyidik Bareskrim Polri sekitar 760.000 dollar AS melalui Haposan Hutagalung selama proses penyidikan tahun 2009. Suap itu agar dirinya tidak ditahan, rumahnya di kawasan Kepala Gading, Jakarta Utara, tidak disita, uangnya di rekening di Bank Mandiri tidak diblokir, serta agar diperbolehkan diperiksa di luar Gedung Bareskrim Polri. Dalam pertimbangan, hakim menilai pencabutan keterangan di berita acara pemeriksaan saksi-saksi terkait suap itu tidak beralasan hukum. Terkait kasus itu, majelis menjerat Gayus dengan Pasal 5 Ayat (1) huruf a UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tipikor.

• Dalam perkara tiga, menurut hakim, Gayus terbukti memberikan janji uang sebesar 40.000 dollar AS kepada Muhtadi Asnun, ketua majelis hakim yang menyidangkan perkara di Pengadilan Negeri Tangerang. Dari uang itu, sebesar 10.000 dollar AS akan diserahkan kepada dua hakim anggota. “Uang itu untuk memengaruhi putusan,”. Terkait perkara itu, hakim menjerat Gayus dengan Pasal 6 Ayat (1) huruf a UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tipikor.

• Dalam perkara keempat, menurut hakim, Gayus terbukti memberikan keterangan palsu terkait asal usul hartanya senilai Rp 28 miliar di rekening yang diblokir penyidik. Uang itu diklaim hasil pengadaan tanah di daerah Jakarta Utara, antara Gayus dan Andy Kosasih.

• Menurut hakim, uang Rp 28 miliar itu patut diduga hasil dari tindak pidana korupsi selama berkerja di Direktorat Jenderal Pajak. Terkait perkara itu, hakim menjerat Pasal 22 Jo 28 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tipikor.

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa pembuktian yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum telah terbukti dan menjadi dasar keyakinan hakim bahwa Terdakwa Gayus Tambunan bersalah. Namun, yang kemudian menjadi pertanyaan adalah mengapa Gayus hanya diberikan putusan 7 Tahun Penjara dan Denda 300 juta rupiah jauh dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum yakni 20 Tahun Penjara dan Denda 500 Juta Rupiah subsidair 6 bulan penjara.

D. Putusan 7 Tahun Penjara Gayus Melukai Rasa Keadilan Masyarakat
Ada yang aneh memang dalam putusan 7 Tahun Penjara Gayus, karena dalam pertimbangannya Majelis Hakim mengatakan bahwa “Hal yang memberatkan, perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah dalam penyelenggaraan negara yang bersih korupsi, kolusi dan nepotisme. Sebagai Pegawai Negeri Sipil di Ditjen Pajak menghambat pemasukan pajak untuk pembangunan”, kemudian hal yang meringankan terdakwa belum pernah dihukum, punya anak-anak yang masih kecil, dan berusia relatif muda sehingga diharap bisa memperbaiki kelakuan di kemudian hari.

Memperhatikan hal yang memberatkan dan meringankan, serta hal-hal yang memperlancar jalannya persidangan, maka majelis hakim mengatakan tidak sependapat dengan tuntutan yang diajukan Jaksa Penuntut Umum (JPU). “Maka majelis hakim akan menjatuhkan pidana dengan pidana yang layak patut dan sesuai dengan penuntut umum bukan balas dendam tapi pembinaan,” dan keluarlah putusan 7 Tahun Penjara dan denda 300 juta rupiah.

Kejanggalan yang kemudian keluar adalah angka 7 tahun penjara yang merupakan hanya sepertiga dari tuntutan yakni 20 tahun penjara. Berkaitan dengan ini, baik KUHP maupun KUHAP atau juga perundang-undangan lainnya tidak memberikan secara pasti bagaimana hitung-hitungan seseorang yang bersalah dihukum secara jelas berapa tahun dia dihukum.

Menurut Sudarto, KUHP Indonesia tidak memuat pedoman pemberian pidana straftoemetingsleiddraad) yang umum, ialah suatu pedoman yang dibuat oleh pembentuk undang-undang yang memuat asas-asas yang perlu diperhatikan oleh hakim dalam menjatuhkan pidana yang ada hanya aturan pemberian pidanastraftoemetingsleiddraad). Tidak adanya pedoman pemberian pidana yang umum menyebabkan hakim mempunyai kebebasan untuk menentukan jenis pidana, cara pelaksanaan pidana dan tinggi atau rendahnya pidana. Bisa terjadi dalam suatu delik yang sama atau sifat berbahayanya sama tetapi pidananya tidak sama. Namun kebebasan ini tidak berarti bahwa hakim boleh menjatuhkan pidana dengan kehendaknya sendiri tanpa ukuran tertentu
.
Bahkan dalam Pasal 193 KUHAP dinyatakan bahwa (1) Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana.
Artinya bahwa penjatuhan pidana terhadap Kasus Mafia Pajak Gayus Tambunan ini diserahkan pada keyakinan hakim, maka dengan demikian patut dipertanyakan kenapa majelis hakim menjatuhkan hukuman yang cukup ringan.

Disisi yang lain, patut dipertanyakan juga, kenapa Jaksa Penuntut Umum tidak menggunakan Pasal 12 B dan dan 38 B UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang mengarahkan pada system pembuktian terbalik. Mengingat kasus korupsi merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)sehingga penanganannya juga harus luar biasa (extra ordinary measure), maka sudah selayaknya pula Jaksa Penuntut Umum mempergunakan Pasal ini.

E. Rekomendasi
1. Perlu memeriksa Majelis Hakim Kasus Gayus Tambunan, karena patut diduga ada tekanan atau permainan sehingga sungguh aneh putusannyaa, disatu sisi semua dakwaan terbukti namun hukumannya jauh dari tuntutannya.
2. Pengambilan sikap untuk naik banding Jaksa Penuntut Umum merupakan hal yang tepat.
3. Mendorong agar Jaksa Penuntut Umum mempergunakan Pasal yang menganut system pembuktian terbalik yang sudah diadopsi oleh UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4. Untuk segera melakukan perubahan KUHP, KUHAP dan UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini.
5. Jangan sampai Penuntasan Mafia Pajak hanya di Gayus, tetapi harus keseluruh Mafia Pajak sampai ke akar-akarnya.
6. Pernyataan Gayus bahwa ada politisasi oleh Satgas Anti Mafia Hukum harus dibuktikan, bila perlu aparat penegak hukum memeriksa Satgas dan apabila terdapat bukti permulaan yang cukup, harus diajukan ke Pengadilan.

Wanita Pertama Yang Masuk Syurga

Suatu ketika, Siti fatimah bertanya kepada Rosulullah. Siapakah Perempuan yang kelak pertama kali masuk surga? Rosulullah menjawab:” Dia adalah seorang wanita yang bernama Muti’ah".

Siti Fatimah terkejut. Ternyata bukan dirinya, seperti yang dibayangkannya. Mengapa justru orang lain, padahal dia adalah putri Rosulullah sendiri? Maka timbullah einginann fatimah untuk mengetahui siapakan gerangan permpuan itu? Dan apakah yang telah di perbuatnya hingga dia mendapat kehormatan yang begitu tinggi?

Setelah minta izin kepada suaminya, Ali Bin Abi Thalib, Siti Fatimah berngkat mencari rumah kediaman Muti’ah. Putranya yang masih kecil yang bernama Hasan diajak ikut serta.

Ketika tiba di rumah Muti’ah, Siti Fatimah mengetuk pintu seraya memberi salam, “Assalamu’alaikum…!”

“Wa’alaikumussalaam! Siapa di luar?” terdengar jawaban yang lemah lembut dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.

“Saya Fatimah, Putri Rosulullah,” sahut Fatimah kembali.

“Alhamdulillah, alangkah bahagia saya hari ini Fatimah, putri Rosululah, sudi berkunjung ke gubug saya,” terdengar kembali jawaban dari dalam. Suara itu terdengar ceria dan semakin mendekat ke pintu.

“Sendirian, Fatimah?” tanya seorang perempuan sebaya dengan Fatimah, Yaitu Muti’ah seraya membukakan pintu.

“Aku ditemani Hasan,” jawab Fatimah.

“Aduh maaf ya,” kata Muti’ah, suaranya terdengar menyesal. Saya belum mendapat izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki.”

“Tapi Hasan kan masih kecil?” jelas Fatimah.

“Meskipun kecil, Hasan adalah seorang laki-laki. Besok saja Anda datang lagi, ya? saya akan minta izin dulu kepada auami saya,” kata Mutiah dengan menyesal.

Sambil menggeleng-gelengkan kepala , Fatimah pamit dan kembali pulang.

Besoknya, Fatimah dating lagi ke rumah Muti’ah, kali ini a ditemani oleh Hasan dan Husain. Beritga mereka mendatangi rumah Muti’ah. Setelah memberi salam dan dijawab gembira, masih dari dalam rumah Muti’ah bertanya:

“Kau masih ditemani oleh Hasan, Fatimah? Suami saya sudah memberi izin.” “Ha? Kenapa kemarin tidak bilang? Yang dapat izin cuma Hasan, dan Husain belum. Terpaksa saya tidak bisa menerimanya juga, “ dengan perasaan menyesal, Muti’ah kai ini juga menolak.


Hari itu Fatimah gagal lagi untuk bertemu dengan Muti’ah. Dan keesokan harinya Fatimah kembali lagi, mereka disambut baik oleh perempuan itu dirumahnya.


Keadaan rumah Mutiah sangat sederhana, tak ada satupun perabot mewah yang menghiasi rumah itu. Namun, semuanya teratur rapi. Tempat tidur yang terbuat dengan kasar juga terlihat bersih, alasnya yang putih, dan baru dicuci. Bau dalam ruangan itu harum dan sangat segar, membuat orang betah tinggal di rumah.


Fatimah sangat kagum melihat suasana yang sangat menyenangkan itu, sehngga Hasan dan Husain yang biasanya tak begitu betah betah berada di rumah orang, kali ini nampak asyik bermain-main.


“Maaf ya, saya tak bisa menemani Fatimah duduk dengan tenang, sebab saya harus menyiapkan makan buat suami saya,” kata Mutiah sambil mondar mandir dari dapur ke ruang tamu.


Mendekati tengah hari , maskan itu sudah siap semuanya, kemudian ditaruh di atas nampan. Mutiah mengambil cambuk, yang juga ditaruh di atas nampan.


“Suamimu bekerja dimana?” Tanya Fatimah

“Di ladang,” jawab Muti’ah.

“Pengembala?” Tanya Fatimah lagi.

“Bukan. Bercocok tanam.”

“Tapi, mengapa kau bawakan cambuk?”

“Oh, itu?” sahut Mutiah denga tersenyu.” Cambuk itu kusediakan untuk keperluan lain. Maksudnya begini, kalau suami saya sedang makan, lalu kutanyakan apakah maskan saya cocok atau tidak? Kalau dia mengatakan cocok, maka tak akan terjadi apa-apa. Tetapi kalau dia bilang tidak cocok, cambuk itu akan saya berikan kepadanya, agar punggung saya dicambuknya, sebab berarti saya tidak bisa melayani suami dan menyenangkan hatinya.”

“Apakah itu kehendak suamimu?” Tanya Fatimah keheranan.


“Oh, bukan! Suami saya adalah seorang penuh kasih sayang. Ini semua adalah kehendakku sendiri, agar aku jangan sampai menjadi istri yang durhaka kepada suami.”


Mendengar penjelasan itu, Fatimah menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian ia meminta diri, pamit pulang.


“Pantas kalau Muti’ah kelak menjadi seorang perempuan yang pertama kali masuk surga,” kata Fatimah dalam hati, di tengah perjalannya pulang, “Dia sangat berbakti kepada suami dengan tulus. Prilaku kesetiaan semacam itu bukanlah lambing perbudadakan wanita oleh kaum lelaki, Tapi merupakan cermin bagi citra ketulusan dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan prilaku yang sama.”

tak hanya itu, saat itu masih ada benda kipas dan kain kecil.

“Buat apa benda ini Muthi’ah?” Siti Muthi’ah tersenyam malu. Namun setelah didesak iapun bercerita. “Engkau tahu Fatimah, suamiku seorang pekerja keras memeras keringat dari hari ke hari. Aku sangat sayang dan hormat kepadanya. Begitu kulihat ia pulang kerja, cepat-cepat kusambut kedatangannya. Kubuka bajunya, kulap tubuhnya dengan kain kecil ini hingga kering keringatnya. Ia-pun berbaring ditempat tidur melepas lelah, lalu aku kipasi beliau hingga lelahnya hilang atau tertidur pulas”

sungguh mulia Siti Muthi’ah, wanita yang taat kepada suaminya. maka tidaklah salah jika dia wanita pertama yang masuk surga.

Tersenyumlah, karena senyum adalah ibadah

Jika Anda termasuk orang yang selalu terlihat memiliki senyuman paling lebar, itu artinya Anda akan berumur panjang, demikian hasil penelitian


Hidayatullah.com—Orang-orang yang banyak tersenyum biasanya lebih bahagia, memiliki kepribadian yang lebih stabil, lebih stabil perkawinan, lebih baik keterampilan kognitif dan keterampilan interpersonal, demikian menurut penelitian terbaru.

Penelitian terbaru menemukan manfaat lain dari wajah yang bahagia. Ternyata orang yang mempunyai senyuman besar, dapat hidup lebih lama.

Para peneliti di Wayne State University, Detroit, mengevaluasi foto 230 pemain Liga Utama Baseball yang bertanding sebelum tahun 1950. Melalui foto-foto tersebut, peneliti menilai senyum para partisipan yang dibagi dalam tiga kelompok, yaitu partisipan dengan senyuman terlebar, tersenyum biasa, dan yang tidak tersenyum sama sekali.

Penilaian senyum pemain dibandingkan dengan data kematian yang terjadi 2006 dan 2009. Selain menganalisa tingkat senyum partisipan, para peneliti juga mengumpulkan informasi lainnya yang berhubungan dengan faktor penyebab seseorang berumur panjang seperti status pernikahan, tahun kelahiran, dan indeks massa tubuh.

Tim peneliti menemukan pemain yang masuk kategori satu berusia rata-rata 73 tahun. Adapun usia rata-rata pemain yang masuk kategori dua dan tiga masing-masing 75 dan 80 tahun. Hubungan antara senyum dan usia itu bahkan tetap kuat setelah memasukkan faktor-faktor seperti status pernikahan, tahun kelahiran, indeks massa tubuh, dan pendidikan.

Penelitian yang dimuat di jurnal Psychological Science menemukan, semakin lebar senyum seseorang, mengindikasikan bahwa orang tersebut merasakan kebahagiaan yang kemudian menuntunnya untuk memiliki sifat positif.

"Orang yang tersenyum paling lebar memiliki umur lebih panjang dibandingkan dua kelompok lainnya," kata salah satu peneliti, Ernest L Abel. "Sangat sulit memalsukan senyum tulus yang datang dari pancaran hati," tambah Ernest.

Analisa Ernest dan timnya terbukti ketika pada 1 Juni 2009, hanya tinggal 46 partisipan yang masih hidup. Mereka adalah ternyata para pemain baseball yang memiliki senyuman paling lebar.

Dentingan Jam terus berputar

Alkisah, ada seorang pelajar di sebuah desa kecil, yang memiliki cita-cita sebagai pegawai pemerintah. Demi mewujudkan cita-citanya, dia berangkat ke ibu kota untuk menempuh ujian negara.

Di sela perjalanan yang jauh dan melelahkan, si pelajar berhenti sejenak melepas lelah. Tak lama ia pun terbawa dalam lamunan. Muncul perasaan was-was terhadap kemampuan dirinya dan sesaat kemudian dia membayangkan seandainya bisa diterima sebagai pegawai pemerintah. Di tengah asyiknya melamun, tiba-tiba seorang kakek berdiri di hadapannya menyapa: "Hai anak muda, engkau tampak bukan orang dari sini. Hendak ke mana?"

"Saya hendak ke ibu kota Kek, mengikuti ujian negara."

"Kakek perhatikan dari tadi, apa yang sedang kamu lamunkan?"

Mereka pun terlibat pembicaraan seru.

Setelah bertukar pikiran, tiba-tiba sang kakek mengeluarkan suatu benda dari sakunya. Lalu, iamemberikannya kepada si pelajar sambil berkata, "Mungkin ini yang kau perlukan, Nak!"

"Sebuah gasing? Bagaimana sebuah gasing dapat mewujudkan cita-cita saya, Kek?" tanya si pemuda keheranan.

Sang kakek menjawab, "Nak, ini adalah gasing waktu. Jika kamu memutar gasing ini ke kanan, maka kamu akan sampai pada saat dan keadaan yang seperti kamu inginkan." Setelah si pelajar menerima gasing,si kakek pun berlalu pergi.

Merasa aneh, si pelajar segera mencoba kebenaran ucapan sang kakek. Sambil membayangkan keberhasilan dirinya lulus ujian negara, ia memutar gasing ke kanan. Dan tiba-tiba, si pelajarmendapati dirinya berada di depan papan pengumuman ujian negara dan namanya tercantum pada pengumuman kelulusan. Ia sangat gembira. Namun kegembiraannya tidaklah bertahan lama. Muncul perasaan tidak sabar untuk segera bisa bekerja di pemerintahan. Maka ia pun kembali memutar gasingnya ke kanan dan dalam sekejap si pelajar sudah berada pada pekerjaannya di kantor pemerintahan.

Kenikmatan sebagai pegawai pemerintahan juga tidak bertahan lama. Timbul keinginan yang lebih, yaitu sebagai pejabat tinggi pemerintah. Maka segera dia pun kembali memutar gasingnya. Dan pada saat itu juga ia berada pada posisi yang diinginkannya.Kini, ia memutar gasing untuk mempercepat waktu dan menghindari kesulitan dalam mencapai cita-cita telah menjadi kebiasaan si pelajar.



Secepat gasing berputar, si pelajar pun berubah menjadi tua dan menjelang ajal. Ada penyesalan dalam dirinya, "Betapa singkat dan hambarnya kehidupanku! Alangkah baiknya jika putaran gasing ini dapat mengembalikan aku pada masa lalu.."

Dalam kondisi putus asa sang pelajar memutar gasing ke arah yang berlawanan yaitu ke arah kiri. Dan tiba-tiba dia pun terbangun dari tidurnya! Eh, ternyata peristiwa semua tadi hanya mimpi belaka.

Sejenak, si pelajar merasa senang dan bersyukur bahwa semua itu cuma mimpi. Dia pun berjanji pada dirinya sendiri, akan tetap berusaha dan menikmati setiap proses perjuangan untuk mencapai apa yang menjadi cita-citanya.

Pembaca yang luar biasa,

Dalam meraih cita-cita, seringkali kita tidak sabar menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Kita bernafsu meraih kesuksesan atau kekayaan dengan cepat dan singkat. Memang seperti filosofi sukses yang disampaikan Andrie Wongso, "Sukses adalah Hak Saya!" Akan tetapi, perlu diingat: untuk meraih setiap kesuksesan, kita harus siap bayar harga, siap berjerih payah, dan tidak melanggar hukum moral. Jangan takut pada halangan yang menghadang, siap berjuang dan keluar keringat! Karena sesungguhnya, kenikmatan kesuksesan justru berada pada nilai proses perjuangan yang kita lakukan.

Lautan Cinta

Malam semakin larut, angin berbisik sayup-sayup terdengar di balik jendela yang sedikit terbuka. Menyelisik hati bersama hawa dingin yang diam-diam mengalir masuk. Dinginnya mampu menggigilkan tubuh perempuan yang mengintip rembulan dari sebalik gorden kamarnya. Ah, rembulan perak pun enggan memurnama. Padahal tinggal seselaput tipis untuk menjadikannya bulat seutuhnya. Laksana dekatnya bilangan hari yang akan menyampaikannya pada purnama agamanya.


Andaikan waktu itu benar-benar bisa dihentikan, ia berharap waktu itu terhenti saat sunyi ini. Menyendiri dalam ruang hampa waktu. Sejenak meninggalkan segala gundah galau yang selama ini membuat hatinya menceracau. Atau jika tidak, tak bisakah hari-hari itu mengurai dalam bilangan detik yang lebih panjang? Agar ia punya kesempatan bernafas lebih lepas. Membuang segala sesak yang telah lama menyeruak.


Malam ini tidak ada airmata yang menetes. Entah kenapa. Padahal ia ingin sekali membuang segala gundah bersama bulir-bulir permata indah itu. Biar jatuh. Biar luluh. Biar tidak selalu menggelayut dalam langit hatinya yang semakin rapuh. Atau mungkin airmata itu telah kering. Dalam bilangan bulan malam-malam yang telah berlalu. Entah berapa purnama yang telah ia lewati dengan isakan di setiap penghujung malamnya. Bukankah sangat wajar, jika airmata itu telah kering tanpa menyisa setitis embunnya?


Seorang perempuan biasa. Ia sedang terluka dalam sebuah episode bernama cinta. Yah, cinta yang tidak mempertemukannya dengan kekasihnya. Cinta yang mengajarinya tentang hakikat ‘menerima’. Cinta yang membuatnya sadar akan dirinya. Bahwa sungguh, hatinya ternyata tidak berada dalam genggamannya. Ia tidak bisa meminta hatinya untuk merasakan apa yang dipikirkan oleh akalnya. Sebanyak apapun doktrin dan pelegalan yang disusupkan oleh akalnya, ternyata begitu saja dimentahkan oleh hatinya.


‘Wahai hati, kenapa engkau tega membuatku terpuruk dalam derita luka ini?’ rintihnya malam ini bersama belaian mesra bayu segara, kering tanpa cinta.
Laksana perempuan lainnya, ia ingin mengabdikan diri dan hatinya seutuhnya untuk suaminya nanti. Tapi bayang-bayang lelaki dari masa lalu itu, selalu saja mengusik tidurnya. Kenapa ia yang selalu harus hadir dalam setiap mimpi dan lamunannya? Setiap kali ia hadir, setiap kali itu pula ia menghalaunya. Menggantinya dengan bayang lelaki yang dalam hitungan hari akan menjadi suaminya. Tapi sepersekian detik saja bayang itupun telah pudar. Wajah itu berganti dengan ia yang tak diingini.Perempuan itu lelah. Sangat lelah. Hampir putus asa. Merasa dirinya benar-benar tidak berguna. Apakah surga masih diizinkan untuknya? Ia takut kelak akan mengkhianati suaminya. Karena rasa cinta yang tidak mampu ia berikan seutuhnya, separuhnya. Rasa khianat itu mulai menunas di hati dan jiwanya, perih.


Dalam sendu, perempuan itu bermunajat syahdu. Ada getar-getar pilu dalam sunyi kata merdu.
“Ya Rabb,, sungguh Engkau tahu betapa besar cintaku padaMu. Yang dengannya menjadikan aku begitu mencintai kedua ibu bapakku. Aku hanya ingin menjadi anak yang bisa berterimakasih kepada mereka. Dengan caraku. Yang tidak sehebat pengorbanan penghuni gua, yang mendahulukan orang tuanya di atas dirinya, istri, dan anak-anaknya. Tak seindah kisah Uwais Al Qarni yang baktinya kepada ibunya mampu membuat jenazahnya diperebutkan oleh malaikat untuk memandikan, mengafani, dan menguburkannya. Yang membuat doanya tidak akan pernah tertolak oleh RabbNya. Yang membuat namanya tidak terkemuka di bumi namun begitu dikenal di langitNya.Lalu apakah aku akan lebih mementingkan rasa cintaku kepada manusia yang tidak seharusnya kulabuhkan cintaku kepadanya? Dan mencampakkan baktiku kepada kedua orang tuaku di bawah telapak kaki cinta? Bukankah jika begitu berarti aku juga telah mencampakkan surga yang berada di bawah telapak kakinya?”


Matanya mulai berembun. Tak kuasa ia menahan sesak dadanya, perih luka, dan pedih jiwa.
“Tidak, Ya Rabb.. Aku mencintaiMu.. Dan dengannya aku mencintai Bapak Ibuku.. Dan untuk mendapatkan Ridha keduanya. Ya Rahman, aku rela jika sepanjang usiaku aku harus hidup dalam kesakitan. Jalan inilah yang aku pilih untuk membuktikan besarnya cintaku padaMu. Aku tidak akan menyerahkan diriku untuk menghamba pada cinta yang selain atasMu. Ya Rabbiy Mudahkan.. Kuatkan.. Teguhkan.. Kokohkan.. Hati dan kaki ini untuk meretas cinta di atas jalanMu, sebagaimana para pejuang cinta terdahulu, yang tidak sedikit pun mengubah janjinya hingga datang kepastian itu.”


Membanjir juga air matanya, meleleh bersama dingin malam. Dalam dekapan gulita yang semakin mendekati akhirnya. Kesadaran itu menjalari hatinya. Dan membuka kait-kaitnya yang selama ini tertutup, terkunci atas pemasungan kesadaran yang diatasnamakan cinta. ia tau ia salah, memberi harapan akan sesuatu yang belum pasti dapat ia berikan. Lelaki itu salah, keegoisan cintanya membuatnya merasa benar atas semua tindakannya. Mereka berdualah yang salah. Dan tidak sepantasnya mengambinghitamkan pihak atau hal lain untuk mendapatkan pembenaran. Tidak pula cinta.


Karena cinta itu tidak salah. Tidak pernah salah! Dan tidak akan salah! Perasaan sayangnya itu adalah tetap sebuah anugerah, yang dititipkan Allah agar ia merasainya. Agar hatinya peka dengannya. Agar ia bisa melihat, mendengar, meraba tanpa mata, telinga, dan tangannya. Agar ia bisa melihat, mendengar, dan meraba dengan hatinya, dengan jiwanya.


Ya, cinta mereka tidaklah salah. Tapi ‘ekspektasi memiliki’ yang tanpa sengaja mereka tumbuhkan dan akhirnya mengakar dengan begitu kuatnya itulah yang salah. Bukanlah cinta yang menyebabkan mereka merasai sakit seperti saat ini. Tapi ekspektasi memiliki yang tidak sampai itulah yang dengan sebegitu dahsyatnya telah memporakporandakan hati. Karena bukankah cinta itu membebaskan, mencerahkan, dan menenangkan? Sedangkan ekspektasi memiliki itu membelenggu, meredupkan, dan meresahkan.


Tiba-tiba muncul pertanyaan dalam hatinya. Benarkah lelaki itu mencintainya dengan setulusnya? Bukankah mencintai itu berarti berjuang untuk memberikan kebahagiaan kepada kekasih yang dicintainya? Mencintai apa yang menjadi kecintaannya? Lalu mengapa selama ini lelaki itu masih tidak bisa terima dengan keputusannya? Keputusan yang ia ambil dengan sadar jaga. Keputusan yang menyakitkan. Namun, keputusan itulah yang paling menenangkan hatinya. Keputusan yang ia anggap paling baik untuk semuanya.


Tidak tahukah lelaki itu, selama ia masih menggugat keputusan itu dan mencari-cari pihak untuk disalahkan, sungguh sebenarnya ia telah menyakiti hati perempuan itu lebih dalam. Semakin lelaki itu tidak terima, semakin dalam dan sakit pulalah goresan yang ia ukirkan di hati perempuan yang katanya ia cintai dengan segenap jiwa. Atau apakah memang lelaki itu mengharapkan agar ia merasai sakit itu? Sakit yang mencerabut ketenangan dan kebahagiaan dalam hatinya. Sakit yang jauh lebih pedih dari goresan pisau yang diiriskan di jarinya. Perih. Pedih. Sakit. Sakit sekali..


Tanpa tambahan rasa sakit karena laku lelaki itu, sungguh ia pun telah merasakan kepedihan yang sangat. Kepedihan karena tidak bisa bersanding dengan seseorang yang dicintainya. Seseorang yang telah ia bayangkan dipertemukan dalam singgasana cinta. Seseorang yang dalam mimpinya akan menjadi ayah dari anak-anaknya dan imam dalam kehidupannya. Kesakitan itupun masih harus ditambah pula, ketika ia harus merelakan dirinya hidup bersama dengan seseorang yang hingga saat ini belum bisa ia berikan sedikit saja cintanya. Tidak cukupkah segala kepedihan yang ia rasakan sekarang sebagai penebus dosa masa lalunya?


“Wahai lelaki yang kucintai, tidak cukupkah rasa pedih yang kutanggung saat ini? Rasa pedih yang mungkin jauh.. jauh.. lebih pedih dari kepedihan yang kau tanggung karena janji yang tak terjawantah? Tapi jika kau memang merasa ini semua belum cukup, maka silakan lakukan apa yang kau anggap benar untuk dilakukan. Teruslah kau sayatkan luka-luka itu di hatiku. Sedalam-dalamnya. Aku ikhlas menerima. Jika itu membuatmu bahagia. Tancapkanlah terus. Hingga aku tak mampu merasai rasa sakit lagi. Hingga aku mati dari rasa sakit yang kau sayatkan bertubi-tubi.”


Andaikan lelaki itu mau sedikit saja menurunkan keegoisan dalam cintanya, maka itu akan sangat berarti untuknya. Itu akan menggugurkan separuh lebih beban berat dan rasa sakit yang selama berbulan-bulan ini ditanggungnya. Mereka akan bersama-sama belajar untuk menyamuderakan cinta yang ada di hatinya dan melepas rantai-rantai belenggu ketakutan yang bisa jadi merupakan tipu daya syaitan yang akan menjauhkan mereka dari surga, ridha, dan cintaNya.


Walaupun ia tahu itu sangatlah sulit, tapi ia yakin. Jika keimanannya benar, hal itu bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan. Jika niat dan tujuannya hanya untukNya, maka ia yakin Allah pasti akan memudahkan jalannya sampai ke sana. Sebanyak apapun hambatannya.Selama ini, mungkin cintanya baru sebesar dan sepanjang Nil, dan sudah begitu saja habis diberikan kepada lelaki yang dicintainya itu. Untuk mengurangi bagian cinta itu, ia tidak mampu. Lalu apa yang nanti akan diberikan untuk suaminya? Maka, sudah sewajarnya jika ia mulai belajar untuk menyamuderakan cintanya. Sehingga cinta itu tidak akan habis jika pun harus dibagi-bagikan kepada semua makhluk di penjuru mata dunia. Tanpa mengurangi porsi masing-masingnya. Tanpa zhalim kepada seorang di antaranya. Cintanya untuk lelaki itu dalam hatinya masih akan sebesar dan sepanjang sungai Nil atau bahkan bertambah lebih dari itu. Namun, ketika cintanya sudah menyamudera, maka ia tidak perlu bingung seberapa besar ia membagi cinta kepada suaminya. Karena ia bisa memberikan suaminya cinta seluas samudera segala segara. Cinta yang lebih besar dari cintanya kepada lelaki itu. Cinta yang sesuai dengan porsinya, tanpa harus mengurangi hak salah satunya. Lalu bisakah ia?


Menyamuderakan cinta. Tak hanya itu. Mereka berdua pun perlu belajar untuk melepaskan belenggu-belenggu ketakutan yang dibisikkan syaitan padanya. Menghindari prasangka-prasangka yang membuat mereka pesimis menghadapi masa depan. Syaitan telah menakut-nakuti mereka dengan ketakutan yang belum tentu akan mereka dapatkan. Menakuti mereka bahwa mereka akan mati jika tidak bisa saling membersamai. Mereka tidak akan pernah bahagia jika tidak bersanding di singgasana cinta. Tidak akan bisa mencintai suami atau istrinya kelak tanpa bayang-bayang cinta masa lalunya. Begitukah? Tidakkah itu hanya prasangka-prasangka yang dihembuskan syaitan untuk menghilangkan makna syukur, sabar, dan tawakal dalam hati mereka? Jika mereka punya niat yang benar, maka bisa saja dalam hitungan detik setelah melihat istri atau suaminya kelak, maka cinta yang begitu meluap dianugerahkan Allah untuknya? Sungguh, siapa yang tahu? Namun, Allah Maha Tahu..


Perempuan itu tersenyum. Bersama semburat merah fajar di kaki langit, pertanda hari telah berada dalam bilangan yang berbeda, ia tahu apa yang harus ia lakukan. Ia akan membuang semua ketakutan-ketakutan itu. Dan ia akan menjalani apa yang telah ia putuskan dengan rasa sabar, syukur, dan tawakal. Walaupun sekarang rasa cinta itu masih menjadi milik lelaki itu seutuhnya, namun ia akan membuka hatinya selebar-lebarnya untuk suaminya. Ia akan belajar mencintai lelaki itu. Bagaimanapun sulitnya. Ia yakin akan janji Allah, bahwa ia akan menunjukkan jalan bagi orang-orang yang berjalan menujuNya. Ia yakin itu. Ia pegang janji itu. Harapnya, lelaki itupun begitu…


“Dengan asma Allah, Ya Rabb, inilah atsar-atsar yang akan kuukirkan sebagai pembuktian cintaku padaMu.. Dan semoga aku tidak akan berbelok sedikit pun dari janjiku.. Sampai kaki ini menapak lelah di jannahMu…”

Semuanya Hanya Sekali

Pada umumnya orang-orang menginginkan pernikahan terjadi sekali seumur hidup.  Karena itulah semua disiapkan dengan sempurna. Berawal dari proses taaruf hingga pernikahan semua dilakukan dengan perencanaan yang baik.  
Mereka yang percaya bahwa "Sakinah tidak berasal dari banyaknya harta dan penuhnya tabungan, bukan datang dari indahnya rupa dan tingginya gelar, namun sakinah berasal dari hati-hati yang selalu ingat dan bertawakal hanya pada Allah, dan ridho pada pemberian-Nya", maka mereka akan lebih menyiapkan diri mereka dengan baik.
Begitulah pernikahan yang diharapkan terjadi SEKALI seumur hidup menjadi moment yang sangat berarti, dan dinanti, dipersiapkan dengan hati-hati.
Sebenarnya bukan hanya pernikahan saja yang terjadi SEKALI dalam seumur hidup.  
Ternyata SEMUA HAL di dunia ini terjadi SEKALI seumur hidup!!! 
.
.
Tidak ada yang bisa mengulangi kejadian sedikitpun meskipun kita melakukannya berulang kali. Sholat shubuh tadi pagi, atau sholat dhuhur beberapa saat yang lalu, tidak mampu kita ulangi lagi.  Sholat dhuhur kemarin dan besok tentu saja tidak akan sama dengan sholat dhuhur hari ini, berkaitan dengan kekhusyukannya, kondisi hatinya dan tentu saja WAKTUNYA. Shubuh hari ini akan tercatat sebagai sholat shubuh tanggal .... dan besok akan teracatat sebagai sholat shubuh tanggal berikutnya.  Adakah kita yakin sholat shubuh tadi pagi diterima Allah? Adakah Khusyuk di dalamnya?
Seseorang yang mendapat nilai buruk pada mata kuliahnya mungkin bisa mengambil lagi mata kuliah tersebut untuk memperbaiki nilai.  Namun sedikitpun tidak bisa mengulangi ujian yang telah terjadi sebelumnya.  Dia memang bisa melakukan ujian lagi, namun kini bernama ujian perbaikan.
Bahkan waktu sedetik yang lalu kita tidak bisa menariknya kembali..
Allah yang telah memberikan kita petunjuk yang nyata tentang sangat berartinya waktu.  Dia bersumpah Demi Waktu, Demi Fajar, Demi Malam, dan Demi Waktu Matahari sepenggalahan naik.  Adakah kita mengambil pelajaran?
Dengan menyadari bahwa semua hal terjadi SEKALI seumur hidup, maka seharusnya kita melewati waktu dengan penuh kehati-hatian, dengan penuh perencanaan untuk sesuatu yang bermanfaat.
.
DALAM BERIBADAH
Dengan menyadari bahwa setiap sholat dan setiap sedekah bahkan setiap ibadah hanya mampu kita lakukan SEKALI seumur hidup, maka seharusnya kita melakukannya dengan menjaga keikhlasan dan kekhusyukan.   Sadar akan mudahnya hati ini terbolak balik saat beribadah, menjadikan kita lebih khawatir ibadah kita tidak diterima karena banyaknya kekotoran hati di dalamnya.
Dengan menyadari bahwa setiap detik tidak bisa ditarik kembali, kita akan berusaha bangkit dan tidak berlama-lama dalam ke'futur'an.  Kita menjadi khawatir bila banyak waktu berlalu dan belum ada hal bermanfaat yang bisa kita lakukan.
.
DALAM MENUNTUT ILMU
Dengan menyadari bahwa setiap proses belajar, ujian semester hanya terjadi SEKALI seumur hidup, menjadikan kita lebih fokus saat belajar.  Kita tentu akan lebih hati-hati agar jangan sampai saat belajar hanya tubuh kita  yang di kelas, tetapi pikiran dan hati kita entah berada dimana.  Mungkin Anda bisa mengulanginya di rumah, adakah sama belajar sendiri dengan diajarkan oleh yang lebih tahu(guru)?
Dengan menyadari bahwa setiap ujian tidak bisa diulang kembali, kita akan mempersiapkan dengan sebaik-baiknya, belajar dengan giat dan berdoa dengan penuh harap untuk kelulusan ujian tersebut.
.
DALAM KEHIDUPAN
Semua terjadi SEKALI seumur hidup!! Saat kau membuat orang lain berbahagia, hal itu tak mungkin kau ulangi, namun kebahagiaan telah menetap  dalam hati orang lain.  Begitu pula saat kau menghardik orang lain, mungkin kau bisa mencabut paku kemarahanmu pada tembok hatinya, namun tetap ada lubang disana.  
Menyadari bahwa semua hal hanya terjadi SEKALI seumur hidup harus membuat kita SEMANGAT untuk mengisi hari.
Persiapan yang sempurna untuk pernikahan sebagai suatu moment yang diharapkan terjadi SEKALI semur hidup, dapat menjadi analogi; dengan menyadari bahwa SEMUA HAL terjadi SEKALI seumur hidup, maka SEMUA HAL pun harus disiapkan dengan baik dan diniatkan dengan sempurna ikhlas hanya mengharap ridho Allah
Pagi hari, sambil menatap indahnya langit pagi, ucapkanlah keras-keras dalam hati : Hari ini, tanggal .... hanya akan terjadi SEKALI seumur hidup. Saya akan bersemangat memberi yang terbaik untuk Allah. Allahu Akbar.
.
.
.
Wallahu'alam bishowab
Afwan,
Ditulis dengan inspirasi memori bersama kertas-kertas penyemangat bertuliskan "UJIAN SEMESTER 3, SEKALI SEUMUR HIDUP" dan tulisan yang sama untuk setiap semester..
Tulisan itu menghibur saya dengan mengingatkan bahwa ujian yang akan dihadapi cukup dilakukan SEKALI saja, dan cukuplah sekali itu saja ujian tersebut membuat tidur malam tak nyenyak.  Dan tulisan itu sekaligus pemberi semangat, agar ujian yang hanya terjadi SEKALI ini harus mendapat nilai terbaik.

Ana Ukhibbuki..

Ummi, sebenarnya tak harus menunggu hari ibu untuk kami bisa mengungkapkan cinta..
Duhai Mama, Ibu, Bunda, Ummi apapun namamu kami sebut,
Adalah panggilan rindu kami akan belai cintamu

Cintamu bukan cahaya matahari meskipun sama-sama tak harap balas,
Karena cintamu tak terasa panas menyengat kulit kami.
Cintamu bukan embun pagi meskipun sama-sama indah bening dan lembut,
Karena cintamu tegar dan kuat membuat kami nyaman di pelukmu

Allah Rabb kami telah menitipkan diri ini padamuDan tubuh kecil kami datang merepotkanmu, membuatmu lelah
Membuat istirahat malammu tidak nyenyak..
Dan hanya sesekali membuatmu menangis haru bahagia

Kami memohon maaf padamu Mama, Bunda, Ummiku..
Yang surga ada di telapak kakimu
Yang menurut Sabda Rasulullah, dirimu adalah pintu tengah surga yang dimudahkan
Maafkanlah khilaf kami, keluh kesah kami padamu
tak setianya cinta kami padamu
Tak sempurnanya kami menemani harimu
Tak adanya pundak kami disampingmu
Dan untuk rasa terimakasih yang kadang kami lupa ucapkan 

Terimakasih untuk Ummi yang telah menjadi jalan kasih sayang Allah,
Untuk Mama yang telah menjadi jalan kami mengenal Allah pencipta kami
Hingga kami pun berdoa kepadaNya untuk mu mama.
Ya Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang..
Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”


Ya Allah sayangilah Mama,
Kaffahkanlah Islamnya,
Kuatkan imannya, luruskan akidahnya
Jadikanlah di hatinya hanya ada Engkau ya Allah
Mencukupkan hanya diriMu tempatnya mengadu
hapus air matanya saat ia bersedih
Sembuhkanlah ia saat ia sakit,
tegarkan hatinya saat mulai lemah
berikanlah ia SurgaMu ya Rabb, jauhkanlah ia dari api nerakamu, dan kumpulkanlah kami di dalam surgaMu
amiin ya Rabb.
Kami titip Bunda kami pada penjagaan yang sempurna dariMu..

Mama, Bunda, Ummi apapun kami sebut untuk menyatakan kerinduan belai cintamu,
Kami ingin mengucapkan Ana uhibbuki fillah (aku mencintaimu karena Allah), dan Moga Bunda di sayang Allah.

Jazakillah Ukhti..

Ya Allah..
Jika tiba suatu masa..
Di saat semua harus dilupakan...
kumohon izinkan aku untuk selalu mengingatMu...
Di saat semua harus dilepaskan...
kumohon izinkan aku untuk tetap berpegang teguh pada agamaMu...
Di saat semua harus dijauhi...
kumohon izinkan aku untuk selalu bisa dekat denganMu...
Di saat semua harus ditinggalkan...
kumohon izinkan aku untuk tetap bersamaMu...
Di saat semua harus direlakan...
kumohon izinkan keikhlasan itu hanya atas namaMu....
Ya Allah, kumohon izinkan aku untuk selalu mengingatMu, bersyukur dan beribadah kepadaMu....
Setiap waktu.
Ya Allah tetapkanlah hati pada lurusnya dien ini
Amiin.




Jazakillah ukhti, bersaudara denganmu adalah anugrah, tausyahmu adalah kado terindah. Dan Allah lebih tahu cara menghibur hambaNya.

Muhamad Al-Fatih, sang pembebas

"Siapakah yang tidak kenal dia?"
Ataukah saat ini lebih cocok bertanya "Siapakah yang kenal dia?"
Ironisnya, mungkin saat ini
hanya satu dari sekian anak yang mengenal beliau dibanding Harry Potter.
Simak yuk kisah teladan Muhammad Al-Fatih dan sejarah kota Istanbul yang indah...
InsyaAllah Anda tidak akan kecewa membaca kisahnya,
memberi inspirasi untuk meneladaninya.


Kota Istanbul memang unik, penuh dengan sejarah yang besar dan menentukan arah peradaban. Tokohnya adalah Muhammad II atau lebih dikenal sebagai Sultan Muhammad Al-Fatih.

Menerima Jabatan Khalifah Sejak Belia
Usia beliau masih sangat muda, boleh dibilang masih kanak-kanak tatkala ayahandanya, Sultan Murad II, pensiun dini dari mengurus khilafah. Sang Ayah berniat untuk beruzlah di tempat yang sepi dari keramaian politik. Roda kepemimpinan diserahkan kepada puteranya, Muhammad, yang sebenarnya saat itu masih belum cukup umur. Mengingat saat itu wilayah Islam sudah membentang luas dari Maroko sampai Marouke.
Namun kebeliaannya tidak membuat prestasinya berkurang. Justru sejarah mencatat bahwa di masa kepemimpinan beliau, silsilah khilafah Bani Utsmani mencapai kejayaan terbesarnya, yaitu menaklukkan benua Eropa sebagaimana yang dijanjikan sebelumnya oleh Rasulullah SAW.
Kecakapan Muhammad cukup masuk akal, mengingat sejak kecil beliau telah mendapatkan berbagai macam pembinaan diri dan pendalaman ilmu-ilmu agama. Sang Ayah memang secara khusus meminta kepada para ulama untuk mendidiknya, karena nantinya akan menjadi khalifah tertinggi. Mulai dari bahasa Arab, tafsir, hadits, fiqih sampai ke ilmu sistem pengaturan negara, telah beliau lahap sejak usia diri. Bahkan termasuk ilmu strategi perang dan militer adalah makanan sehari-hari.

Siapa Yang Jadi Khalifah?
Sultan Murad II berhenti dari jabatannya di tengah begitu banyak problem, baik internal maupun eksternal. Sementara khilafah sedang menghadapi serangan bertubi-tubi dari tentara kerajaan Romawi Timur.
Sebagai khalifah yang masih sangat belia, Muhammad Al-Fatih kemudian berinisiatif untuk mengirim utusan kepada ayahandanya dengan membawa pesan. Isinya cukup unik untuk mengajak sang ayahanda tidak berdiam diri menghadapi masalah negara.
“Siapakah yang saat ini menjadi khalifah: saya atau ayah? Kalau saya yang menjadi khalifah, maka sebagai khalifah, saya perintahkan ayahanda untuk datang kemari ikut membela negara. Tapi kalau ayahanda yang menjadi khalifah, maka seharusnya seorang khalifah berada di tengah rakyatnya dalam situasi seperti ini”

Menembus Eropa
Setiap pahlawan Islam selalu bercita-cita untuk menjadi orang yang dimaksud Rasulullah SAW dalam haditsnya sebagai panglima yang terbaik dan tentaranya tentara yang terbaik dan membebaskan Konstantinopel agar terbebas dari kekuasaan Romawi.
Sudah sejak Rasulullah SAW masih hidup, beliau sudah berupaya menjadikan penguasa di Konstatinopel menjadi muslim. Selembar surat ajakan masuk Islam dari nabi SAW telah diterima Kaisar Heraklius di kota ini.

Dari Muhammad utusan Allah kepada Heraklius raja Romawi.
Bismillahirrahmanirrahim, salamun ‘ala manittaba’al-huda, Amma ba’du,
Sesungguhnya Aku mengajak anda untuk memeluk agama Islam. Masuk Islam lah Anda akan selamat dan Allah akan memberikan Anda dua pahala. Tapi kalau Anda menolak, Anda harus menanggung dosa orang-orang Aritsiyyin.

Dikabarkan bahwa saat menerima surat ajakan masuk Islam itu, Kaisar Heraklius cukup menghormati dan membalas dengan mengirim hadiah penghormatan. Namun dia mengakui bahwa dirinya belum siap untuk memeluk Islam.
Di masa shahabat, tepatnya di masa pemerintahan khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu, Khalid bin Walid dikirim sebagai panglima perang menghadapi pasukan Romawi. Khalid memang mampu membebaskan sebagian wilayah Romawi dan menguasai Damaskus serta Palestina (Al-Quds). Tapi tetap saja ibukota Romawi Timur saat itu, Konstantinopel, masih belum tersentuh.
Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, pahlawan yang merebut Al-Quds sekalipun, ternyata masih belum mampu membebaskan Konstantinopel. Padahal beliau pernah mengalahkan serangan tentara gabungan dari Eropa pimpinan Richard The Lion Heart dalam perang Salib. Ternyata membebaskan kota warisan Kaisar Heraklius bukan perkara sederhana. Dibutuhkan kecerdasan, keuletan dan tentunya, kekuatan yang mumpuni untuk pekerjaan sebesar itu.
Dan ternyata Sultan Muhammad Al-Fatih orangnya. Beliau adalah sosok yang telah ditunggu umat Islam sepanjang sejarah menunggu-nunggu realisasi hadits syarif Muhammad SAW.
Tidak mudah memang untuk membebaskan Istanbul yang sebelumnya bernama Konstantinopel ini. Kotanya cukup unik, karena berada di dua benua, Asia dan Eropa. Di tengah kota ada selat Bosporus yang membentang, ditambah benteng-benteng yang cukup merata.
Tetapi Sultan Muhammad Al-Fatih tidak pernah menyerah. Sejarah mencatat beliau telah memerintahkan para ahli dan insinyurnya untuk membuat sebuah senjata terdahsyat, yaitu sebuah meriam raksasa. Suaranya saja mampu menggetarkan nyali lawan dan berpeluru logam baja. Meriam ini mampu menembak dari jarak jauh serta meluluh-lantakkan benteng Bosporus.
Inilah barangkali meriam terbesar yang pernah dibuat manusia. Sebelumnya dari sejarah para penakluk, belum pernah ada tentara manapun yang punya meriam raksasa sebesar ini.